Tampilkan postingan dengan label Permainan Tradisional. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Permainan Tradisional. Tampilkan semua postingan

Kamis, 26 April 2012

Tentang Permainan Cing Benteng



Kita semua pasti pernah main benteng-bentengan, atau dalam bahasa kota “cing benteng” . aku juga ngga ngerti kenapa namanya cing benteng , mungkin karena kalau kita ngajak main di tataran Sunda, kita akan berkata , “cing, yu maen bebentengan” , karena panjang, disingkat : “cing! benteng!” sambil kedua tangan diregangkan membentuk benteng.
Anyway, ini permainan kesukaan aku dan sepupu-sepupuku yang buanyaakk itu.Kita kalo maen cing benteng ngga pake keluar2, tapi di halaman rumah sendiri. kebayang ngga gedenya tuh rumah. Rumah engkong dan emak kami.
Cing Benteng ini selalu diawali dengan membagi kami menjadi 2 kubu, aku tidak pernah ikut disini, akulah si “anak bawang”, alias aku immune terhadap serangan, tapi bisa menyerang lawan. satu saja alasannya, karena aku paling kecil.
Setelah pembagian dua kubu yang dengan cepat terbagi ,karena biasanya dibagi berdasarkan umur, jadi dalam satu tim harus ada yang gede dan yang kecil. Masing2 tim pergi ke benteng masing-masing, mengelilingi batang pohon terpilih. Mereka membicarakan strategi yang aku kurang mengerti karena aku anak bawang, atau karena mereka sendiri juga sebenernya sok gaya aja. Lalu dimulailah permainan.
Orang pertama yang keluar dari masing2 benteng pastilah si “emosi”, atau si “jail”. si jail mengejek2 tim lawan sampe dia dikejar oleh si emosi, nah tiba-tiba keluarlah orang kedua, si ” lincah”. si emosi akan belingsatan karena dikejar si lincah, tapi somehow dia manage untuk kembali ke bentengnya dan keluarlah si ” penjaga”. Si penjaga biasanya seram atau selevel dengan si lincah. Lincah yang kurang pede akan berlari masuk benteng dan memanggil si ” berani-mati”. Si berani mati akan menantang si penjaga, dan si penjaga pun gengsi untuk masuk lagi. nah disinilah pertikaian terjadi.
kadang diiringi derai air mata karena tidak ada yang mau mengalah. ” elu kena duluan! ” ,” ga! tadi kan gw udah megang lo!” ,” jangan boong lo!”.
Tapi kemudian muncul si “wasit” dan memutuskan siapa yang benar berdasarkan yang tampangnya paling seram.
si berani mati pun ditangkap penjaga. si emosi senang, sehingga tanpa sadar dia keluar benteng dan ditangkaplah oleh si lincah. kedudukan satu-sama. di masing-masing tim, mulai rapat strategi lagi.
dan begitu seterusnya permainan berlanjut, sampai satu tim bisa menangkap banyaakkk sekali tim lawan. mereka berpengangan tangan, meregangkan barisan supaya semakin mudah dibebaskan oleh tim-nya. pada akhirnya, muncullah si “pahlawan”, pembebasan besar-besaran itu biasanya berujung kepada kecapean, jadi udahan dan minum es cincau.
Es Cincau yang hijau lumut, dingin, manis, dan boleh-ambil -sesukanya-sampai-si-mang-stres itu luar biasa enak. Sampai saat ini masih misteri siapa yang membayar untuk es cincau itu.
Lucu kalau berpikir bahwa sebenernya politik itu sangat mirip dengan pola ini. perhatikan bahwa si wasit adalah pemerintah, tapi siapakah si pahlawan? mungkin itu adalah negara maju atau negara berkembang yang sedang maju pesat, gerakannya yang seakan ‘membebaskan’, namun pada akhirnya permainan pun berakhir karena keadaan kembali ke awal, tidak lebih baik namun memang tidak lebih buruk.
lalu, siapakah si mang es cincau…? (-.-”)