Apakah
arah kiblat masjid bisa berubah atau bergeser akibat gempa bumi maupun
bergeraknya lempeng Bumi seperti isu yang tengah berkembang? Jawabannya
tentu TIDAK! Artinya pengukuran sebelumnya memang yang membuat arah
kiblat masjid tersebut tidak tepat.
Apakah
arah kiblat cukup ke BARAT? Sebagaimana pernah difatwakan oleh MUI
beberapa waktu yang lalu? Jawabannya tentu TIDAK! Sebab di zaman
sekarang menentukan arah kiblat semudah membalik telapak tangan dan
bukan pekerjaan yang sulit. Bahkan MUI sendiri juga telah meralat
Fatwanya tersebut (baca:
https://www.facebook.com/note.php?note_id=10150227797140164)
"Dan
dari mana saja engkau keluar (untuk shalat), maka hadapkanlah mukamu ke
arah Masjidil Haram (Ka'bah), dan sesungguhnya perintah berkiblat ke
Ka'bah itu adalah benar dari Tuhanmu. Dan (ingatlah), Allah tidak
sekali-kali lalai akan segala apa yang kamu lakukan." (QS. Al-Baqarah :
149)
“Baitullah ( Ka'bah ) adalah kiblat bagi orang-orang di dalam Masjid Al-Haram dan Masjid Al-Haram adalah kiblat bagi orang-orang yang tinggal di Tanah Haram (Makkah) dan Makkah adalah qiblat bagi seluruh penduduk bumi Timur dan Barat dari umatku” (HR. Al-Baihaqi)
“Jika
kamu mendirikan shalat, maka sempurnakanlah wudhu, kemudian menghadap
kiblat, lalu takbir, kemudian bacalah apa yang kamu hafal dari qur’an,
lalu ruku’ sampai sempurna, kemudian i’tidal sampai sempurna, kemudian
sujud sampai sempurna, kemudian duduk di antara dua sujud sampai
sempurna, kemudian sujud sampai sempurna, lakukanlah yang demikian itu
setiap rekaat.” (HR. Abu Hurairah)
Dalam ajaran Islam, mengadap ke arah kiblat atau bangunan Ka'bah yang berada di Masjidil Haram adalah merupakan tuntutan syariah dalam melaksanakan ibadah tertentu. Berkiblat wajib dilakukan ketika hendak mengerjakan shalat dan menguburkan jenazah Muslim. Menghadap kiblat juga merupakan ibadah sunah ketika tengah azan, berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, menyembelih binatang dan sebagainya.
Berdasarkan
kebiasaan yang berkembang di masyarakat, terdapat beberapa kaidah yang
sering digunakan untuk mengetahui ketepatan arah kiblat. Diantaranya
adalah menggunakan kompas kiblat, kompas sajadah atau peralatan canggih
seperti pesawat GPS dan theodoliti. Kini, melalui teknologi penginderaan
jarah jauh yang disediakan cuma-cuma oleh Google via internet
menggunakan software Google Earth atau secara online disediakan oleh
situs-situs seperti Qibla Locator atau RHI Qibla Locator yang
memanfaatkan fasilitas Google Map Api (GMA) kita dengan mudah dapat
mengetahui arah kiblat sebuah bangunan masjid secara visual dan jelas.
Namun demikian penggunaan kaidah-kaidah tersebut sering terkendala
beberapa masalah. Kompas belumlah dikatakan sebagai alat ukur yang
presisi. Sebab dalam penggunaannya, kompas sering mengalami kesalahan.
Kesalahan tersebut berupa penyimpangan jarum kompas baik oleh variasi
magnetik secara global maupun atraksi magnetis secara lokal oleh logam
di sekitarnya. Belum lagi skala kompas biasanya terlalu kasar.
Sementara, penggunaan GPS dan theodolit untuk mengukur arah kiblat
walaupun bisa mendapatkan hasil yang lebih presisi namun dalam
prakteknya kedua peralatan tersebut tidak mudah didapatkan karena
harganya yang cukup mahal. Walaupun Google Earth maupun fasilitas qibla
locator secara online dapat membantu mengetahui arah kiblat secara
visual dengan perhitungan yang sangat akurat, namun piranti tersebut
bukan merupakan alat ukur yang presisi di lapangan dan hanya dapat
dinikmati oleh kalangan tertentu.
Lantas apakah bisa mengukur arah kiblat secara presisi dengan biaya yang
murah? Jawabannya adalah BISA! Yaitu dengan menggunakan fenomena
astronomis yang terjadi pada hari yang disebut sebagai yaumul rashdul
qiblat atau hari meluruskan arah kiblat yaitu hari saat saat Matahari
tepat di atas Ka'bah. Fenomena yang terjadi 2 kali selama setahun ini
dikenal juga dengan istilah Transit Utama atau Istiwa A'dhom.
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Katulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A'dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.
Hal ini bisa difahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibat selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A'dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.
Demikian halnya Ka'bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A'dhom yaitu setiap tanggal 27/28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 15/16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.18 WIB dan 16 Juli pukul 16.27 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka'bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
Istiwa, dalam bahasa astronomi adalah transit yaitu fenomena saat posisi Matahari melintasi di meridian langit. Dalam penentuan waktu shalat, istiwa digunakan sebagai pertanda masuknya waktu shalat Zuhur. Setiap hari dalam wilayah Zona Tropis yaitu wilayah sekitar garis Katulistiwa antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS posisi Matahari saat istiwa selalu berubah, terkadang di Utara dan disaat lain di Selatan sepanjang garis Meridian. Hingga pada saat tertentu sebuah tempat akan mengalami peristiwa yang disebut Istiwa A'dhom yaitu saat Matahari berada tepat di atas kepala pengamat di lokasi tersebut.
Hal ini bisa difahami sebab akibat gerakan semu Matahari yang disebut sebagai gerak tahunan Matahari. Ini diakibat selama Bumi beredar mengelilingi Matahari sumbu Bumi miring 66,5˚ terhadap bidang edarnya sehingga selama setahun Matahari terlihat mengalami pergeseran antara 23,5˚ LU sampai 23,5˚ LS. Pada saat nilai azimuth Matahari sama dengan nilai azimuth lintang geografis sebuah tempat maka di tempat tersebut terjadi Istiwa A'dhom yaitu melintasnya Matahari melewati zenit lokasi setempat.
Demikian halnya Ka'bah yang berada pada koordinat 21,4° LU dan 39,8° BT dalam setahun juga akan mengalami 2 kali peristiwa Istiwa A'dhom yaitu setiap tanggal 27/28 Mei sekitar pukul 12.18 waktu setempat dan 15/16 Juli sekitar pukul 12.27 waktu setempat. Jika waktu tersebut dikonversi maka di Indonesia peristiwanya terjadi pada 28 Mei pukul 16.18 WIB dan 16 Juli pukul 16.27 WIB. Dengan adanya peristiwa Matahari tepat di atas Ka'bah tersebut maka umat Islam yang berada jauh dan berbeda waktu tidak lebih dari 5 atau 6 jam dapat menentukan arah kiblat secara presisi menggunakan teknik bayangan Matahari.
27 MEI 2012 @ 16:18 WIB
15 JULI 2012 @ 16:27 WIB
MATAHARI TEPAT DI ATAS KA'BAH
POSISI MATAHARI = ARAH KIBLAT
BAYANGAN MATAHARI = ARAH KIBLAT
15 JULI 2012 @ 16:27 WIB
MATAHARI TEPAT DI ATAS KA'BAH
POSISI MATAHARI = ARAH KIBLAT
BAYANGAN MATAHARI = ARAH KIBLAT
Teknik penentuan arah kiblat pada hari Rashdul Qiblat sebenarnya sudah dipakai lama sejak ilmu falak berkembang di Timur Tengah. Demikian halnya di Indonesia dan beberapa negara Islam yang lain juga sudah banyak yang menggunakan teknik ini. Sebab teknik ini memang tidak memerlukan perhitungan yang rumit dan siapapun dapat melakukannya. Yang diperlukan hanyalah sebatang tongkat lurus dengan panjang lebih kurang 1 meter dan diletakkan berdiri tegak di tempat yang datar dan mendapat sinar matahari. Pada tanggal dan jam saat terjadinya peristiwa Istiwa A'dhom tersebut maka arah bayangan tongkat menunjukkan kiblat yang benar.
Karena di negara kita peristiwanya terjadi pada sore hari maka arah
bayangan adalah ke Timur, maka arah bayangan yang menuju ke tongkat
adalah merupakan arah kiblat yang benar. Jika anda khawatir gagal karena
Matahari terhalang oleh mendung maka toleransi pengukuran dapat
dilakukan pada H-2 hingga H+2 atau tanggal 25, 26, 27, 28, 29 Mei 2012
atau 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 Juli 2012 pada jam yang sama. Satu hal
penting yang harus kita perhatikan adalah ketepatan JAM yang kita
gunakan hendaknya sudah terkalibrasi dengan tepat. Untuk mengetahui
standar waktu yang tepat bisa digunakan tanda waktu saat Berita di RRI,
layanan telpon 103 atau menggunakan jam atom yang disediakan oleh
layanan internet.
Penentuan arah kiblat menggunakan fenomena ini hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa Istiwa A'dhom dapat secara langsung melihat Matahari. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu Matahari sudah terbenam seperti Wilayah Indonesia Timur (WIT) praktis teknik ini tidak dapat digunakan. Maka ada fenomena lain yang dapat digunakan oleh daerah-daerah tersebut sehingga dapat mengetahui arah kiblat secara presisi. Fenomena itu adalah saat Matahari berada tepat di bawah Ka'bah yaitu saat Istiwa A'dhom terjadi di titik Nadir (Antipode) Ka'bah yang terjadi pada setiap tanggal 13 Januari dan 27/28 November.
Penentuan arah kiblat menggunakan fenomena ini hanya berlaku untuk tempat-tempat yang pada saat peristiwa Istiwa A'dhom dapat secara langsung melihat Matahari. Sementara untuk daerah lain di mana saat itu Matahari sudah terbenam seperti Wilayah Indonesia Timur (WIT) praktis teknik ini tidak dapat digunakan. Maka ada fenomena lain yang dapat digunakan oleh daerah-daerah tersebut sehingga dapat mengetahui arah kiblat secara presisi. Fenomena itu adalah saat Matahari berada tepat di bawah Ka'bah yaitu saat Istiwa A'dhom terjadi di titik Nadir (Antipode) Ka'bah yang terjadi pada setiap tanggal 13 Januari dan 27/28 November.
Teknik Penentuan Arah Kiblat menggunakan Istiwa A'dhom :
- Tentukan masjid/musholla/langgar/rumah/ tempat lain yang akan diluruskan arah kiblatnya.
- Siapkan tongkat lurus atau benang berbandul sepanjang 1-2 m serta arloji yang sudah dikalibrasi dengan TV, radio atau telpon “103".
- Cari lokasi yang datar di dalam/sekitar masjid/musholla/langgar/rumah/tempat lain yang masih mendapatkan penyinaran matahari antara jam 16.00 – 16.30 WIB.
- Pasang tongkat secara tegak lurus dengan bantuan pelurus berupa benang berbandul atau gantung bandul di lokasi tersebut beberapa menit sebelum peristiwa Istiwa A’dham terjadi.
- Tunggu sampai saat Istiwa A’dham terjadi yaitu Ahad, 27 Mei 2012 pukul 16:18 WIB atau Ahad, 15 Juli 2012 pukul 16:27 WIB. Amatilah bayangan tongkat saat itu dan berilah tanda dengan menggunakan spidol atau benang kasur yang dipakukan atau alat lain yang dapat membuat garis lurus. Garis itu adalah arah kiblat yang benar.
- Gunakan benang, sambungan pada tegel lantai, atau teknik lain yang dapat meluruskan arah kiblat ini ini ke dalam masjid. Intinya yang hendak kita ukur sebenarnya adalah garis shaff yang posisinya tegak lurus (90°) terhadap arah kiblat. Maka setelah garis arah kiblat kita dapatkan untuk membuat garis shaff dapat dilakukan dengan mengukur arah sikunya dengan bantuan benda-benda yang memiliki sudut siku misalnya lembaran triplek atau kertas karton tebal.
Bagi yang tidak mendapatkan sinar matahari di zenit ka'bah seperti WIT dan WITA bisa menggunakan posisi matahari saat di nadir ka'bah. |
Semoga dengan lurusnya arah kiblat kita, ibadah shalat yang kita
kerjakan menjadi lebih afdhal dan doanya lebih dikabulkan. Amin.
Keterangan lengkap hubungi Rukyat Hilal Indonesia (RHI) telpon di
0274-552630 atau SMS: 08122743082.
CATATAN:
Untuk lebih akurat yg 27 Mei, hari sebelumnya dikurangi 3 menit per hari sesudahnya ditambah 3 menit per hari. Yang 15 Juli hari sebelumnya ditambah 3 menit per hari sesudahnya dikurangi 3 menit per hari. Masih cukup presisi. Kalaupun tidak dikoreksi jg masih ckp akurat krn hanya berbeda 0,2drjt setiap hari atau sekitar 10' (menit busur) sementara diameter sumber cahaya (matahari) jauh lebih besar yaitu sekitar 0,5drjt atau 30'.
Contoh :
25 Mei 2012 @ 16:12 WIB +/- 2 menit
26 Mei 2012 @ 16:15 WIB +/- 2 menit
27 Mei 2012 @ 16:18 WIB +/- 2 menit
28 Mei 2012 @ 16:21 WIB +/- 2 menit
29 Mei 2012 @ 16:24 WIB +/- 2 menit
13 Juli 2012 @ 16:33 WIB +/- 2 menit
14Juli 2012 @ 16:30 WIB +/- 2 menit
15 Juli 2012 @ 16:27 WIB +/- 2 menit
16 Juli 2012 @ 16:23 WIB +/- 2 menit
17 Juli 2012 @ 16:21 WIB +/- 2 menit
Download Modul Arah Kiblat : Download
Link Terkait:
RHI Qibla Locator
RHI Arah Kiblat
Qibla Locator
25 Mei 2012 @ 16:12 WIB +/- 2 menit
26 Mei 2012 @ 16:15 WIB +/- 2 menit
27 Mei 2012 @ 16:18 WIB +/- 2 menit
28 Mei 2012 @ 16:21 WIB +/- 2 menit
29 Mei 2012 @ 16:24 WIB +/- 2 menit
13 Juli 2012 @ 16:33 WIB +/- 2 menit
14Juli 2012 @ 16:30 WIB +/- 2 menit
15 Juli 2012 @ 16:27 WIB +/- 2 menit
16 Juli 2012 @ 16:23 WIB +/- 2 menit
17 Juli 2012 @ 16:21 WIB +/- 2 menit
Download Modul Arah Kiblat : Download
Link Terkait:
RHI Qibla Locator
RHI Arah Kiblat
Qibla Locator
Sumber : http://mutoha.blogspot.com